'Penulis Setiap Tragedi', Itulah julukan yang diberikan wartawan
kepada Ita Sembiring. Wanita kelahiran Medan, 45 tahun yang lalu ini memang
ahli dibidang menulis kisah-kisah yang kerap terjadi disekitar kita sehari-hari
dan dituangkannya menjadi novel yang menarik untuk dibaca.
Tekad Ita untuk menjadi seorang penulis novel semakin bulat ketika
SMP, bungsu dari lima bersaudara ini diajak oleh kakak-kakaknya pergi menonton
di salah satu bioskop. “Waktu itu, kita pergi ke bioskop kecil, nonton film
yang berkesan banget, judulnya Best Seller. Film tentang kakek tua
yang kekeuh menulis sampai tulisannya
jadi buku. Bener aja, bukunya jadi best seller. Keluar dari bioskop, saya
ingat sekali, saya bertekad untuk jadi seperti kakek itu. Suatu saat, nama saya
harus ada di buku.” ujar pengagum tulisan-tulisan Pramoedya Ananta Toer dan
Mario Puzo itu.
Tahun 1998 menjadi tahun yang tak terlupakan bagi ibu dua anak ini.
Buku pertamanya, Catatan dan Refleksi Tragedi
Jakarta, 13-14 Mei ’98 diterbitkan. Waktu itu, Ita yang baru kembali dari
kampus, terjebak di jalan karena adanya kerusuhan dimana-mana. Disaat terjebak
itu, Ita teringat pada Zlata Filipović yang terkenal dengan Zlata’s Diary-nya, menuangkan catatan
hariannya menjadi sebuah buku. Ita pun berpikir, jika Zlata bisa, mengapa ia
tidak mencoba menulis Catatan Tragedi. Jadilah ketika itu, ia membuat
tulisan-tulisan kecil mengenai apa yang ia lihat, apa yang ia dan korban
lainnya alami. “Saya naik mobil pick up
sama orang-orang lain, saya ngeliat
sendiri kerusuhan itu, dimana-mana kebakaran. Saya bikin notes-notes kecil didalam mobil. Semua yang saya lihat dan
alami, saya tulis.” cerita wanita yang pernah tinggal di Belanda selama 7 tahun
itu. Begitu sampai dirumah, ia langsung mengetik dan mencetaknya. Setelah
tulisannya rampung, langsung ia serahkan ke penerbitan. Buku tersebut disetujui
dan langsung diterbitkan. Dua minggu setelah terbit, langsung cetakan kedua.
“Benar-benar surprise banget, kayak mimpi. Akhirnya impian
saya terwujud. Nama saya ada dibuku itu hehehe...”
ucapnya sambil tersenyum.
Tidak berhenti sampai disitu, wanita berdarah Medan-Belanda ini
terus menulis tentang kejadian-kejadian yang terjadi. Seperti novelnya, Negeri Bayangan: Terrorist Free, yang
menceritakan tentang tragedi WTC 11 September. Juga novel No Velvere: Biarkan Aku Pulang, yang diangkat dari kerinduan Ita
akan Tanah Air ketika ia tinggal di Belanda. Tidak heran, Ita dijuluki ‘penulis
setiap tragedi’ karena kerap menulis tragedi-tragedi yang terjadi. “Saya kalau nulis, 90% kisah ‘nyata’” ujar Ita
sambil membuat tanda kutip dengan jarinya.
Ita mengaku, ia jarang sekali menulis sambil berimajinasi. Ita juga
bercerita, bahwa tidak ada mood
khusus untuknya dalam menulis. Ia dapat menulis kapan dan dimana saja. Ketika
ditanya soal inspirasi, wanita yang hobi menari ini berkata, disaat sedih dan
tertekan pun, kita bisa mendapat inspirasi, jadi jangan takut untuk menulis
hanya karena belum mendapat ide. Kejadian-kejadian kecil jika dirangkai dengan
indah juga bisa menghasilkan tulisan yang baik, seperti buku Jakartaku
Harapanku. “Tinggal kita yang mau apa enggak
mempublishnya.” ujarnya. “Orang-orang
sudah takut duluan sebelum mencoba.
Padahal, kita belum tahu nantinya, siapa tahu bisa jadi best seller ‘kan...” tambah Ita, yang juga mengajar creative writing ini. “Saya mengajar creative writing bukan ngajarin mereka teknik nulis, tapi bagaimana membangun rasa
percaya diri dalam menulis.” ungkapnya. Karena menurut Ita, biasanya yang sulit
adalah membangun rasa percaya diri tersebut. Maka, saran Ita kepada para
penulis muda, jangan takut dengan adanya perubahan, melainkan buatlah perubahan
dan jadilah bagian dari perubahan itu. Yakin bahwa buku yang dibuat tersebut
pasti akan ada yang membaca, walaupun hanya 1 dari 10 orang. Serta jangan lupa
percaya diri. Karena kalau diri sendiri kita tidak yakin akan buku kita
sendiri, bagaimana orang lain akan menghargainya juga. “Saya waktu itu sih maju aja terus, soal diterima atau ditolak urusan belakang, yang penting
usaha dulu. Kalau ditolak, ya revisi lagi, kirim lagi, sampai bukunya terbit.”
kata Ita sambil tertawa.
Bu Ita ini emm sumber inspirasi deh, beliau kalau ngobrol asik banget terus berkomunikasinya juga baik sekali hehehe cocok deh jadi PR Manager di sebuah perusahaan MLM terkemuka internasional :D
banyak banget quote-quote dari Bu Ita yang bagus, dan bisa jadi pedoman buat kita juga hehehe yang penting TERUS BERUSAHA dan jangan pantang menyerah! :)
Love L
xxx
image source : facebook/google
Tidak ada komentar:
Posting Komentar