Masa-masa kuliah adalah masa yang
dianggap mendewasakan diri. Tidak heran, banyak mahasiswa yang berusaha
mandiri, dengan kuliah sambil bekerja paruh waktu. Namun sekarang, mereka tidak
hanya bekerja di tempat orang, melainkan mahasiswa menjadi lebih kreatif, yaitu
dengan membuka peluang usaha sendiri. Bukan bisnis besar, namun bisa menambah
uang saku. Salah satu bisnis yang sedang marak dijalani oleh mahasiswa adalah bisnis online
shop. Online Shopping, atau
belanja melalui internet ini tengah digandrungi oleh banyak mahasiswa di
universitas-universitas di Jakarta. Sehingga, banyak dari mereka yang menjadi
pembeli, dan tidak sedikit juga yang memiliki bisnis ini.

Selain Vina, ada juga Cherry, mahasiswi semester 5 Fakultas
Desain Interior Universitas Tarumanagara yang bekerja sebagai social
bush di salah satu perusahaan social
media marketing dan menjadi sales
di perusahaan produk rambut. Awalnya, Cherry diberitahu oleh temannya yang
bekerja di socmed marketing tersebut
bahwa ada lowongan bekerja sebagai admin akun-akun twitter beberapa perusahaan. Cherry langsung mengirimkan CV (Curricullum Vitae), melakukan wawancara,
dan diterima. Sudah 1 tahun Cherry bekerja sebagai admin beberapa akun twitter perusahaan. “Kerjanya sih cukup simpel, kita ditargetkan harus
punya sekian ribu followers dalam
waktu beberapa hari, terus ya nge-tweet
tentang perusahaan itu. Terus kerjanya dirumah, cuma perlu ke kantor seminggu dua kali.” ujar Cherry ketika ditanya
bagaimana kerjanya menjadi social bush. Selain itu, Cherry juga menjadi sales sebuah
perusahaan produk rambut di Indonesia yang baru dipasarkan. Sama seperti Vina,
Cherry hanya mengandalkan blackberry
yang dipinjamkan oleh perusahaan untuk mengerjakan pekerjaannya. “Semua order by BBM atau SMS sih, nanti kalau sudah OK, kita e-mail untuk bukti.” jelasnya. Cherry
mengakui, terkadang ia juga keteteran jika order
sedang ramai dan tugas kuliah juga menumpuk. “Tapi ya gapapa sih, namanya juga kerja sambil kuliah, pasti ada enak-ngga enaknya.” lanjut Cherry. Sejak
bekerja, Cherry tidak lagi menerima uang jajan dari orang tuanya. “Ya, bekerja
ini kan emang tujuannya buat nambah uang jajan hehehe” ungkapnya.
Banyak alasan mengapa mahasiswa/i
membuka usaha online, diantaranya
yaitu praktis, simpel, mudah, dan tidak mengganggu jadwal mereka kuliah. Maka
tidak heran, banyak mahasiswa yang menjalani usaha ini. Selain menjadi pemilik,
banyak juga mahasiswa yang memakai jasa online
shop tersebut. Mereka memilih belanja online
karena praktis, tidak perlu ke luar rumah. “Kalau di ol-shop kan tinggal liat,
kalau suka tinggal transfer, terus
barangnya dikirim. Jadi ga usah ke mall lagi.” ujar Chrissa,
mahasiswi Fikom Untar yang gemar berbelanja online.
Chrissa bisa menghabiskan 100-150 ribu Rupiah per bulan untuk berbelanja
melalui internet. Lain dengan Chrissa, yang cenderung membeli produk fashion, Giovanni, lebih sering membeli CD/DVD Kpop. “Toko-toko kaset di
Jakarta suka engga lengkap. Jadinya
aku sering PO (pre-order) dulu di
internet.” katanya. Karena gemar boyband Korea,
Giovanni mengaku, ia sering membeli CD dan poster boyband asal negeri ginseng di Gasoo Galore, online shop yang khusus menjual pernak-pernik dari Korea Selatan.
‘Demam’ ol-shop ini tentu ada positif dan negatifnya. Positifnya, mahasiswa
menjadi lebih aktif, kreatif, dan inovatif untuk hidup mandiri, menjadi
mengerti bagaimana sulitnya mencari uang sendiri. Namun, jika terlalu
difokuskan, karena masih kuliah, nantinya malah akan menjadi beban. Bukan beban
dalam buruk sekali, tetapi ditakutkan akan mengganggu jadwal kuliah dan
mengganggu konsentrasi belajar. Tentunya mahasiswa tidak ingin hal itu terjadi.
Maka, pintar-pintar bagaimana kita dapat membagi waktu antara kuliah dan
bekerja.